Detail Aspirasi

12 Mar 2013

Pendapat tentang Kebijakan Ganjil Genap

Rencana kebijakan ganjil genap tidak akan menyelesaikan permasalahan, bahkan menambah penderitaan masyarakat.
Untuk menyelesaikan permasalahan, pemerintah harusnya dapat melihat inti permasalahan dan memecahkan intinya, bukan dengan melakukan system tambal sulam yang hanya akan menambah permasalahan di kemudian hari.
Keenganan masyarakat menggunakan transportasi umum dikarenakan moda transportasi umum yang ada hingga saat ini tidak layak dan bahkan jauh dari memenuhi standard. Tentu masyarakat lebih memilih menghadapi kemacetan, dibandingkan harus menderita dengan tidak adanya rasa aman dan nyaman dalam melakukan perjalanan.
Dari sisi kenyamanan, banyak bus transjakarta yang sudah mulai tidak nyaman dari pendingin yang sudah tidak dingin hingga kebersihan. Moda transportasi umum lainnya (bus kota dan angkutan kota) bahkan jauh lebih parah. Banyak dari bus kota dan angkutan kota yang ada sudah buruk kondisinya. Selain kotor, banyak pula yang sudah karatan dan tidak layak jalan.
Selain itu, moda transportasi yang ada saat ini membuat seseorang harus berpindah dua hingga tiga kali untuk dapat menjangkau tempat yang dituju. Waktu yang dibutuhkan untuk menunggu moda transportasi tiba pun tidak ada yang tahu. Membuat seseorang kesulitan memprediksi jadwal kegiatan dia. Selain waktu yang terbuang untuk menunggu moda transportasi datang, harga yang harus dikeluarkan pun menjadi membengkak.
Ketidaknyamanan dalam berpergian juga harus dirasakan karena bus kota ataupun angkutan kota banyak yang berkecepatan tinggi dan ugal-ugalan melanggar aturan dan rambu tanpa memperhatikan kenyamanan dan keselamatan penumpang. Sering kali penumpang juga diturunkan di tempat yang tidak seharusnya, bahkan secara paksa, dan sering pula penumpang diturunkan saat bus berada di jalur kanan jalan yang berarti penumpang harus menyebrangi jalan. Bus transjakarta juga tidak menjanjikan kenyamanan. Banyak dari pengemudi bus transjakarta yang mengemudi dengan kecepatan tinggi dan berhenti secara mendadak, seakan-akan penumpang adalah sapi atau kambing yang diangkut dengan truk.
Halte ataupun tempat perhentian juga tidak menawarkan kenyamanan. Bahkan halte busway sudah banyak yang rusak. Jalanan atau jembatan penyebrangan menuju halte busway banyak yang sudah tidak layak. Ditambah pula kehadiran penjual dagangan dan pengemis sepanjang jalan menuju halte. Halte atau perhentian moda transportasi umum lainnya malah lebih parah kondisinya. Kebanyakan dari halte yang ada jauh dari pemukiman dan harus dilalui dengan jalan kaki yang jauh (akan semakin berat di saat hujan).
Sisi keamanan pun tidak dapat diandalkan. Pemprov dan Polda tidak dapat memberikan rasa aman pada masyarakat. Baik di transjakarta maupun moda transportasi umum lainnya, keamanan sungguh tidak terjamin. Kita masih sangat sering mendengar kasus pencopetan, pemalakan, pelecehan, pemerkosaan hingga pembunuhan yang terjadi baik di dalam transportasi umum. Di jalanan pun kasus yang sama seringkali terjadi. Masyarakat tidak butuh simpati dan komentar setelah terjadinya kasus. Yang dibutuhkan adalah tindakan pencegahan agar kasus tidak terjadi.
Kami bukan masyarakat yang manja. Tapi selama kebutuhan dasar akan rasa aman dan nyaman dalam melakukan perjalanan tidak dapat disediakan oleh Pemprov dan Polda, apakah etis dan sesuai dengan hati nurani untuk memaksa kami berpindah ke transportasi publik yang tidak aman dan tidak nyaman? Itu sama seperti Pemprov dan Polda melemparkan kami, masyarakat, ke dalam kandang singa.
Kami yakin bahwa pengguna kendaraan pribadi akan beralih secara sukarela tanpa diminta ke moda transportasi publik jika transportasi publik dan infrastrukturnya sudah terintegrasi, nyaman dan aman.

Sumber :  Michael Setiawan <[email dirahasiakan]>