Detail Aspirasi

03 Apr 2013

Hal-hal aneh tapi nyata yang ditemukan di DKI Jakarta

Melalui email ini, saya sebagai warga Ibu Kota Jakarta, mau mengemukakan beberapa hal yang menurut hemat saya, melalui Bapak lah semoga hal ini bisa teratasi dan semoga melalui Bapak pula hal ini bisa menjadi contoh / teladan bagi semua Gubernur se Indonesia ini.
 
Bebarapa hal tsb, antara lain :
- Dikala musim hujan, jalan di aspal, karena kita semua tahu, jalan yang baru di aspal akan cepat rusak kembali, kalau kena air hujan ( Alasannya dana baru turun di kala musim hujan )
- Dikala musim hujan, banyak di temukan galian dimana-mana, sehingga memperparah kemacatan dan menambah kerusakan jalan ( Alasan dana baru turun juga )
- Tidak adanya saling koordinasi antar departemen, sehingga jalan yang baru selesai di aspal, tidak berapa lama, di gali lagi untuk kabel PLN, Pipa Pam atau Telkom, padahal ke tiganya adalah BUMN dibawah satu pemerintah.
- Dikala Musim kemarau/panas, pohon-pohon baru di pangkas, padahal itu sebaiknya dilakukan di musim hujan. Karena bisa mencegah pohon tumbang oleh angin dikala hujan dan mempercepat daun tumbuh kembali. ( Tidaj jelas alasannya, sebagai contoh : Pohon besar di Jl. Tomang raya saat ini lagi di babat semua daunnya )
- Jalan yang baru di aspal cepat rusak kembali, itu dikarenakan yang melakukan aspal menutup lobang saluran di trotroar ( setiap aspal ulang, tidak pernah melakukan kerok dahulu aspal lama, itu sebabnya jalan semakin tinggi, sehingga menutup semua lobang saluran pembuangan air ditrotoar jalan )
- Kalau aspal jalan mau awet, maka aspal lah dengan cembung di tengah jalan, jangan cekung di tengah sehingga menampung air yang mempercepat kerusakan.
- Kalau jalan mulus kendaraan yang lewat juga mulus jalannya, tetapi kalau jalan tidak mulus, terjadi benturan-benturan berat kendaraan yang mempercepat jalan rusak / jembatan rusak.
- DI DKI Jakarta ini, hampir tidak ada lagi di temukan jalan yang benar-benar mulus, banyak tambalan-tambalan yang biasanya lebih tebal.
- Saluran pembuangan air yang tidak sebanding dengan luas area penadah hujan suatu tempat.
 
Apakah pejabat berwenang terkait tidak menyadar hal-hal tersebut di atas ? Kalau memang menyadari, kenapa tidak ada upaya untuk memperbaikinya ?

Sumber :  Turut Prihatin <[email dirahasiakan]>