Detail Aspirasi

19 Apr 2016

Panjang Jalan Bertambah, Jakarta Masih Tetap Macet

JAKARTA – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menilai, penambahan rasio jalan di Ibu Kota Jakarta tak akan mampu mengurai kemacetan. Pasalnya, penambahan rasio jalan jauh lebih kecil dibanding pertumbuhan kendaraan bermotor.

“Kalau bilang kemacetan, kamu mau menambah jalan berapa pun tidak akan pernah menang lawan mobil. Kalau kamu lebakan jalan terus, mobil juga tumbuh terus, nggak bakal selesai. Ya sudah, dipotong saja jalan yang ada tapi kita lebarkan trotoar,” ujar Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), di Balai Kota, Jakarta Pusat, Senin (18/4).

Menurutnya, kebijakan pemotongan jalan itu dipilih Pemprov DKI agar masyarakat Jakarta beralih menggunakan angkutan umum. Terlebih, katanya, saat ini sedang dibangun sarana angkutan umum berbasis rel, seperti mass rapid transit (MRT) dan light rapid transit (LRT). 

“Yang pasti kita harus pilih. Kamu mau pilih yang mana nih, semua dunia sudah tahu pokoknya harus berbasis rel yang lagi dibangun. Nah kamu potong pembatasan jalur cepat lambat, ada guna gakNggak ada guna, sama Saja, penuh lagi kok Lalu kenapa kita potong? Kita pilih sekarang, lebih baik itu dipotong, jumlah jalan sama tapi trotoar jadi 9,5 meter,” kata Ahok.

Dengan pemotongan jalan itu, lanjutnya, Pemprov DKI akan melakukan pelebaran trotoar agar mampu menampung lebih banyak pejalan kaki atau pengguna angkutan umum lainnya. Sementara, untuk mengurai kemacetan di Jakarta, Pemprov DKI akan melakukan pembatasan terhadap kendaraan bermotor dengan kebijakan jalan berbayar (electronic road pricing/ERP).

“Kenapa trotoar diperlebar? Karena orang keluar dari angkutan yang berbasis rel atau jalan kaki lewat bagaimana? Makanya trotoar kita perlebar agar orang keluar dari kereta, naik dari bus, atau pejalan kaki merasa enak. Nanti Jalan Jend Sudiman dan Thamrin kita lebarkan trotoarnya 9,5 meter. Tapi jumlah kendaraan sama kok,” ungkapnya.

Jalur Kendaraan

Terpisah, Kepala Dinas Marga DKI Jakarta, Yusmada Faisal mengatakan, pihaknya sedang mengkaji perubahan jalur kendaraan di sepanjang Jalan Jend. Sudirman Jalan MH Thamrin. Nantinya, sepanjang jalur itu hanya akan dibuat empat jalur kendaraan, tiga jalur utama dan satu jalur excess busway.

“Nantinya tidak akan ada jalur lambat. Jalur lambat ini akan kita ubah menjadi plaza pejalan kaki dengan lebar 10-15 meter. Namun, sekarang masih dalam tahap perencanaan oleh PT. MRT Jakarta,” katanya.

Menurutnya, pembangunan Plaza pejalan kaki itu bisa menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI atau bisa juga merupakan kontribusi pengembang. Dia mengatakan, Pemprov DKI akan memprioritaskan pembangunan pejalan kaki ini di dekat stasiun-stasiun MRT sehingga bisa menampung ribuan pejalan kaki yang mengakses jalur tersebut. 

“Ya kita prioritaskan di dekat-dekat stasiun MRT, mulai dari Lebak Bulus, Blok M, hingga Kota. Stasiun ini akan keluar masuk pejalan kaki, sehingga harus dilayani dengan baik. Sehingga, MRT selesai, plaza pejalan kaki ini sudah tersedia,” tegasnya

Dengan pelebaran jalan itu, katanya, Pemprov DKI pun bisa langsung membereskan sistem drainase danducting utilitas bawah tanah di sepanjang Senayan hingga ke Kota. 

Menurut Andri, Dinas Bina Marga pun tengah mengembangkan pedestrian area di beberapa kawasan, seperti di Tanah Abang, Terminal Rawamangun, kota Tua, connection Kota Tua ke Waduk Pluit dan kawasan Melawai-Blok M.

“Kita akan kembangkan pedestrian yang lebar. Karena sekarang ini kan eranya menggerakkan orang. Sehingga kita akan fasilitasi agar pejalan kaki merasa nyaman, termasuk mewujudkan hak-hak penyandang cacat atau difabilitas,” katanya. pin/P-5

koran jakarta.com