Aspirasi dalam Kanal Media News Online

  • BeritaOnline(0405): JPO Tubagus Angke Rusak Parah

  • ( Foto : Ilustrasi / Beritajakarta.com)

    Jembatan penyeberangan orang (JPO) di Jalan Raya Tubagus Angke, Kelurahan Wijaya Kusuma, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat membahayakan warga yang melintas.

    " Kerusakannya sudah cukup lama. Makanya, saat ini banyak warga yang tidak berani lewat JPO tersebut"

    Pantauan beritajakarta.com, JPO yang beken disebut Jembatan Genit itu kini sudah keropos dan berlubang. Bahkan beberapa anak tangga terpaksa ditopang agar tidak ambruk.

    Deden (46), pemilik kios di sekitar JPO mengatakan kerusakan jembatan tersebut sudah terjadi sejak lima tahun lalu.

    “Kerusakannya sudah cukup lama. Makanya, saat ini banyak warga yang tidak berani lewat JPO tersebut,” ujar Deden, Minggu (3/5).

    Untuk itu, dia meminta instansi terkait segera memperbaiki JPO tersebut demi keamanan dan kenyamanan warga yang melintas.

    Kasudin Perhubungan Jakarta Barat, Mirza Aryadi, membenarkan kondisi JPO Tubagus Angke sudah rusak parah dan harus segera diperbaiki.

    "Tahun ini akan diperbaiki berbarengan dengan empat JPO lainnya di Jakarta Barat," ujar Mirza.

  • BeritaOnline(2904): Jakbar Kekurangan PHL Kebersihan Kali
  • Untuk membersihkan sampah di 57 aliran sungai yang mengalir di Jakarta Barat, Satlak Unit Pelaksana Kebersihan (UPK) Badan Air setempat membutuhkan tambahan Pekerja Harian Lepas (PHL) sekitar 525 personel. Para PHL ini nantinya juga bertugas membersihkan sampah di saluran air dan saluran penghubung (PHB) yang tersebar di delapan wilayah kecamatan.

    "Banyaknya aliran sungai, saluran air dan saluran PHB tidak sebanding dengan petugas yang kami miliki "

    Kepala Satlak (UPK) Badan Air Jakarta Barat, Nuryadi menyebutkan, saat ini jumlah PHL di unitnya sebanyak 975 personel. Sedangkan jumlah idealnya untuk membersihkan kali, saluran air dan saluran PHB diperkirakan mencapai 1.500 personel.

    "Banyaknya aliran sungai, saluran air dan saluran PHB tidak sebanding dengan petugas yang kami miliki," kata Nuryadi, Selasa (28/4).

    Nuryadi mengungkapkan, selain kekurangan PHL, pihaknya juga minim armada truk untuk mengangkut sampah. Saat ini pihaknya baru memiliki lima armada.     

    “Kami sudah usulkan penambahan truk dalam APBD tahun ini. Mudah-mudahan bisa terealisasi," jelas Nuryadi.

  • BeritaOnline(2904): Saluran Ditutup, Sampah Sulit Dibersihkan
  • Saluran di sepanjang Jl KH Mohammad Mansyur, mulai dari RW 01, 02 dan 08, Kelurahan Jembatan Lima, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, kini telah tertutup beton. Kondisi ini membuat sampah sulit dibersihkan sehingga air Kali Cibubur rawan meluap ke pemukiman warga setempat.

    "Agar saluran mudah dibersihkan mohon saluran ditutup dengan blok coran beton yang mudah diangkat, bukan ditutup secara permanen "

    Hasan (50) warga RT 02/01, Kelurahan Jembatan Lima, meminta agar beton penutup saluran di sepanjang jalan tersebut yang lebarnya tiga meter dibongkar. Sebab, dengan ditutup secara permanen, saluran jadi sulit dibersihkan. Bahkan, kini saluran telah dipenuhi sampah dan lumpur.

    Imbasnya, air dari Kali Cibubur yang mengalir ke saluran KH Mohammad Mansyur saat musim hujan tidak mengalir dengan lancar dan dipastikan air dari saluran langsung meluap menggenangi jalan.

    “Kalau musim hujan, air bukan hanya menggenangi jalan. Tapi, hunian warga pada tiga RW juga kebanjiran setinggi lebih dari 60 sentimeter. Ditutupnya saluran secara permanen justru dimanfaatkan oleh ratusan pemilik toko untuk meletakkan barang dagangannya,” keluh Hasan, Selasa (28/4).

    Lurah Jembatan Lima, Mursalin, mengaku, dengan ditutupnya saluran tersebut membuat pihaknya dan warga sulit untuk melakukan pembersihan sampah dan lumpur. Menurutnya, pada bulan Desember 2014 melalui lurah terdahulu, yaitu Jumadi, juga sudah menyurati unit terkait agar kembali membersihkan saluran dari sampah dan lumpur yang masih banyak di dalam saluran.

    “Tapi, nyatanya sampai saat ini unit terkait tidak pernah menanggapinya. Baru-baru ini saya juga sudah berkoordinasi dengan unit terkait di kecamatan, tapi juga tidak direspons,” ucap Mursalin.

    Untuk itu, dirinya juga memohon pada unit terkait agar kembali meninjau ulang penutupan saluran tersebut, mengingat penutupan itu dilakukan Sudin PU Tata Air pada 2012 silam.

    “ Agar saluran mudah dibersihkan mohon saluran ditutup dengan blok coran beton yang mudah diangkat, bukan ditutup secara permanen,” pinta Mursalin.

    Terkait hal itu, Kasudin PU Tata Air Jakarta Barat, Henry Dunant saat dikonfirmasi, telepon genggamnya sedang tidak aktif.

  • BeritaOnline(2804): Blangko E-KTP Masih Terbatas
  • Kelurahan Bungur, Kecamatan Senen, dipilih sebagai tempat percontohan cetak e-KTP untuk wilayah Jakarta Pusat. Namun, untuk pelaksanaan pelayanan tersebut masih terdapat kendala. Salah satunya, terbatasnya jumlah blangko e-KTP.

    "Kita memang masih kekurangan blangko, dari informasi terakhir DKI saja baru dapat 300 ribu blangko "

    Lurah Bungur, Achmad Nurufalah mengatakan, saat ini blangko e-KTP masih berasal dari Kementerian Dalam Negeri yang disalurkan melalui Sudin Kependudukan dan Catatan Sipil. Selain minimnya blangko, pihaknya juga kekurangan mesin cetak. Saat ini mesin cetak yang ada hanya 1 unit saja, sehingga hanya bisa mencetak maksimal 100 e-KTP setiap harinya.

    "Kita memang masih kekurangan blangko, dari informasi terakhir DKI saja baru dapat 300 ribu blangko. Kalau dibagi ke semua wilayah jumlahnya sangat terbatas," ujarnya, Senin (27/4).

    Menurutnya, keberadaan mesin cetak e-KTP tersebut sangat dibutuhkan warga, mengingat e-KTP bisa langsung dicetak di tempat. Asalkan tidak ada perubahan administrasi warga.

    "Jumlah itu sangat terbatas, karena kita di sini sudah terhubung dengan sistemnya. Kita kalau mau cetak hanya sesuai kapasitas blangkonya saja," katanya.

    Pihaknya berharap dalam waktu dekat Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta bisa menambah jumlah blangko e-KTP tersebut. Karena jumlahnya saat ini untuk Kelurahan Bungur saja tidak mencukupi.

    "Kita juga ingin diperbanyak alatnya, kalau bisa di kecamatan juga ada. Apalagi seluruh warga DKI yang kebetulan lewat sini bisa kita layani pembuatan e-KTP-nya," tandasnya.

  • BeritaOnline(2804): Warga Keluhkan Tumpukan Sampah di Jl Serdang III
  • Warga mengeluhkan tumpukan sampah yang ada di Jalan Serdang III tepatnya di depan Pasar Serdang, Kemayoran, Jakarta Pusat. Tumpukan sampah itu terjadi lantaran sudah dua hari tidak diangkut.

    " Sampahnya sudah dua hari tidak diangkut, makanya sampai menumpuk di jalan"

    Tumpukan sampah yang mencapai dua meter tersebut tak ayal membuat aktivitas lalu lintas di Jalan Serdang III menjadi terganggu. Pasalnya sampah yang menumpuk hampir memakan satu lajur jalan. Kendaraan yang melintas pun harus bergantian melewatinya.

    "Sampahnya sudah dua hari tidak diangkut, makanya sampai menumpuk di jalan. Posisinya yang berada di depan pintu masuk membuat pembeli enggan lewat sini," ujar Yono (45), salah seorang pedagang buah di Pasar Serdang, Senin(27/4).

    Hal senada diungkapkan Sakinah (48), salah seorang pembeli. Ia menyayangkan keterlambatan pengangkutan yang membuat sampah menumpuh di jalan.

    "Harusnya disini disediakan kontainer sampah. Ini dibiarin saja di jalan dan sangat mengganggu," keluh Sakinah.

    Dihubungi terpisah, Kepala Suku Dinas Kebersihan Jakarta Pusat, Marsigit mengaku belum menerima laporan terkait tumpukan sampah di lokasi tersebut. Untuk penindakan awal, menurutnya pihak Seksi Kebersihan Kecamatan Kemayoran dapat langsung melakukan pengangkutan.

    "Saya sudah minta Kepala Seksi Kebersihan Kecamatan Kemayoran untuk melakukan pengangkutan," jelas Marsigit.

  • (Berita Online-2704) Dua Hari Tak Diangkut, Sampah Pasar Inpres Serdang Meluap ke Jalan
  • JAKARTA, KOMPAS.com — Sampah setinggi 2 meter lebih menumpuk di depan pintu masuk Pasar Inpres Serdang, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (27/4/2015) siang. Sampah tersebut meluap hingga memakan setengah ruas Jalan Serdang III. 

    Sampah-sampah tersebut belum diangkut dari dua hari yang lalu. Tak ayal, sampah tersebut semakin menggunung dan menutupi salah satu jalan masuk Pasar Inpres Serdang dari sisi Jalan Serdang III. 

    Pedagang buah Pasar Inpres Serdang, Ono, mengatakan, keberadaan sampah yang menggunung dan tidak terangkut itu cukup mengganggu. Pasalnya, pembeli yang hendak membeli buah di tokonya jadi lebih berkurang.

    "Sangat mengganggu, ya, apalagi depan dagangan gini," kata Ono kepada Kompas.com, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin pagi. 

    Letak toko Ono persis berada di samping tempat penampungan sampah. Letaknya hanya dibatasi oleh jalan masuk pasar yang memiliki lebar 50 cm. 

    Sampah-sampah tersebut biasanya diangkut pagi hari, tetapi sejak pagi belum ada truk pengangkut yang mengangkut sampah. "Cepat-cepat diangkut supaya pembeli enggak risih datang ke toko saya," ucap Ono. 

    Sampah di sana juga bukan berasal dari pasar, melainkan dari warga sekitar. Padahal, letak tempat penampungan sampah warga dan pasar hanya berjarak 50 meter. Sebagian warga sekitar tak segan membuang sampah yang sudah tumpah hingga memakan satu lajur jalan. 

    Pengunjung Pasar Inpres Serdang, Sakinah, menyebut sampah-sampah ini kerap kali membuatnya mual, apalagi sampah yang semakin menggunung dan tumpah ruah ke jalan. 

    Sakinah pun memilih masuk lewat pintu masuk lain. Sebab, pintu masuk tersebut sudah disesaki sampah yang berserakan. "Masa saya masuk pasar disambut sama sampah begini," kata Sakinah.

  • BeritaOnline(2704): Jalan Berlubang di Jembatan Jalan Radin Inten Bikin Pengendara Takut
  • WARTA KOTA, DUREN SAWIT - Lubang berdiameter besar di Jembatan jalan dekat Buaran Plaza, atau tepatnya di Jalan Radin Inten II, Duren Sawit, Jakarta Timur ke arah Jalan Dr KRT Rajiman Widyoningrat, membuat keluhan para pengendara, Minggu (26/4).

    Selain berbahaya, mereka meminta pemerintah setempat untuk segera memperbaikinya.

    "Yang saya takuti, kalau pandangan pengendara motor ketutup sama mobil. Tiba-tiba mobil menghindari karena depannya ada lubang, yang pengendara belakang jadinya gak tau kan? Hantam lubang, mending pengendara jatuh dan luka. Kalau tulang ada yang patah atau mati karena lubang itu, kan gak lucu mas," ucap pengendara sepeda motor, Wahyu (35).

    Wahyu selaku warga Bekasi Barat mengaku hampir setiap hari melintas di Jembatan Jalan Radin Inten menuju pabrik tempat ia bekerja.

    Ia juga membenarkan, hampir seminggu lebih lubang di jalan tersebut tak kunjung di perbaiki.

    "Gak ada perubahan. Itu lubangnya cuman dikasih tanda sama daun-daun kering. Itu daun keringnya nutupin lubangnya. Saya takutnya makin dalem lubangnya, malah makin ambles. Adalah itu semingguan begitu bentuknya tuh lubang," keluhnya.

    Karmila (25), yang juga pengendara sepeda motor dan warga Komplek Buaran Baru mengakui hal yang sama.

    Ia berharap, pemerintah sesegera mungkin memperbaiki jalan berlubang tersebut.

    "Ya mau pengendaranya itu cewe atau cowo, sekali lubang itu berbahaya ya berbahaya mas. Intinya pemerintahnya ngelihat gak sih ada lubang di sini? Ini saya sering loh lewat sini kalau mau ke Kelapa Gading. Itu bahayanya bukan main, gede banget soalnya itu lubang," tuturnya.

    Sementara itu, Juani Yusuf selaku Kepala Suku Dinas (Kasudin) Bina Marga Jakarta Timur hingga kini belum merespon saat dikonfirmasi. Baik itu via telepon maupun pesan singkat. (Panji Baskhara Ramadhan)

  • (Berita Online-2704) Masih Ada Kegiatan Politik saat "Car Free Day" di Bundaran HI
  • JAKARTA, KOMPAS.com - Masih ada kegiatan politik saat pelaksanaan hari bebas kendaraan bermotor atau car free day di Bundaran Hotel Indonesia. Padahal, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah membuat larangan pelaksanaan kegiatan semacam itu ketika car free day. 

    Salah satu kegiatan politik yang ada saat car free day hari ini adalah aksi tolak hukuman mati oleh Jaringan Buruh Migran Indonesia pada Minggu, (26/4/2015). 

    Koordinator aksi tersebut, Sringatin, mengaku belum mengetahui pelarangan tersebut.

    "Lagipula ini kan bukan aksi. Harus diperjelas lagi aksi seperti apa. Sebenarnya orang itu harus bebas melakukan apapun," ujar Sringatin di Bundaran HI, Thamrin, Jakarta Pusat. [Baca: Perhatian-perhatian! Ada "Aturan Main" Baru untuk CFD Jakarta]

    Sringatin dan kawan-kawannya menggelar poster-poster di sekitar air mancur Bundaran HI. Poster-poster tersebut bertuliskan "Hidup Adalah Hak Asasi. Tolak Hukuman Mati. Save Mary Jane. Lindungi Buruh Migran" dan "Save Migran Worker from Death Row". 

    Aksi yang dilakukan Sringatin memang menitikberatkan kepada Mary Jane, warga asal Filipina yang divonis hukuman mati oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Sleman, DIY, pada 2010. 

    Dia menilai pelarangan aksi merupakan tindakan yang membatasi kebebasan berpendapat masyarakat. 

    Padahal, hal tersebut merupakan hak bagi tiap warga. Sringatin juga mengatakan Pemprov DKI harus menjelaskan kepada masyarakat alasan pelarangan tersebut. 

    Menurut Sringatin, aksi seperti ini merupakan salah satu bentuk edukasi kepada masyarakat. "Kalau hanya untuk olahraga, pemerintah harus jelaskan kenapa?" ujarnya. [Baca: Ahok Setuju Pelarangan Kegiatan Politik di "Car Free Day"] 

    Para polisi yang menjaga kawasan car free day tidak tinggal diam dengan adanya aksi politik tersebut. Seorang polisi mengimbau kegiatan Sringatin dan meminta untuk menyudahi aksi. 

    Tidak lama kemudian, Sringatin dan teman-temannya tidak terlihat lagi di sekitar Bundaran HI. Selain aksi Sringatin, kegiatan politik lain juga terlihat di car free day. 

    Sejumlah mahasiswa berorasi dan membawa spanduk besar. Mereka berjalan mengelilingi Bundaran HI. Mereka menyanyikan yel-yel reformasi. 

    Mereka melakukan pengumpulan tanda tangan untuk mendukung keberlangsungan reformasi di Indonesia.

  • BeritaOnline(2704): Jalur Hijau di Jatinegara Jadi Parkir Liar
  • Minimnya pengawasan yang dilakukan petugas, membuat jalur hijau di Jl Raya Bekasi Timur, Rawa Bunga, Jatinegara berubah menjadi areal parkir. Setiap hari, ratusan sepeda motor parkir di kawasan tersebut. Akibatnya, banyak pot bunga serta pagar jalur menjadi rusak.

    " Kalau peruntukannya jalur hijau maupun taman ya tidak boleh berubah fungsi"

    Pantauan beritajakarta.com, Sabtu (25/4), kebanyakan pengendara yang memarkirkan motornya di jalur hijau itu merupakan pengunjung Jakarta Gems Center maupun pelanggan para PKL batu akik di Jl Bekasi Barat 1. Biasanya, para pengendara membayar Rp 2.000 untuk sekali parkir.

    Kasie Operasi Satpol PP Jakarta Timur, Agus Sidiki mengatakan, pihaknya sudah sering kali melakukan penertiban. Namun, para pelanggar itu tetap saja kembali memarkirkan kendaraannya di lokasi yang dimaksud.

    Untuk itu, pihaknya mengusulkan kepada Sudin Pertamanan dan Pemakaman Jakarta Timur untuk mengubah kawasan tersebut menjadi areal parkir resmi. "Dari pada seperti sekarang jadi parkir liar mending diubah jadi areal parkir resmi. Uangnya kan nanti masuk ke kas daerah," ujar Agus, Sabtu (25/4).

    Kepala Sudin Pertamanan dan Pemakaman Jakarta Timur, Mimi Rachmawati menuturkan, lokasi yang digunakan areal parkir liar di kawasan tersebut merupakan jalur hijau dan tidak boleh dijadikan lokasi parkir liar. "Kalau peruntukannya jalur hijau maupun taman ya tidak boleh berubah fungsi jadi areal parkir atau apapun," tandasnya.