Aspirasi dalam Kanal Media News Online

  • BeritaOnline(0603): Pengungsi Kebakaran Tanah Abang Minim Bantuan Pemerintah
  • JAKARTA - Para pengungsi korban kebakaran Tanah Abang, Jakarta Pusat, mengeluhkan lambatnya bantuan dan penanganan yang diberikan pemerintah kepada sejumlah warga yang sedang mengalami musibah kebakaran.

    Hingga kini, bantuan yang mereka terima baru berasal dari sesama warga. "Bantuan yang diterima kebanyakan dari warga sekitar," kata Ijah, salah satu korban yang menempati tenda pengungsian, Jumat (6/3/2015).

    Selanjutnya ia mengatakan bantuan dari Pemerintah Propinsi DKI Jakarta, di rasa masih sedikit dan belum menyeluruh didapatkan oleh para pengungsi.

    Hanya sebagian saja yang dapat merasakan sumbangan. Itu pun harus berebut dulu dengan warga yang lain. Saat ini para pengungsi membutuhkan sumbangan makanan, pakaian ganti, masker, air bersih obat-obatan dll.

    Di sisi lain, bantuan juga sebelumnyasempat mereka terima dari para murid dan guru dari SDN Kebon Melati 02. Pihak sekolah memberikan bantuan berupa pakaian, sumbangan uang, serta seragam sekolah.

    Apalagi di antara para pengungsi, ada pula teman-teman mereka yang ikut jadi korban kebakaran hebat kemarin, Kamis (5/3/2015).

    "Saya terharu dan kasihan murid saya yang menjadi salah satu korban kebakaran," ujar Koni, guru SDN Kebon Melati 02.

    Setelah selesainya kegiatan belajar mengajar di sekolah, para murid diarahkan bersama-sama untuk menengok temannya di lokasi penampungan korban kebakaran.

    (raw)

  • (Berita online-06.03)Pengguna Jalan Keluhkan Parkir di Jl Museum Gajah
  • Sejumlah kendaraan roda empat parkir di kedua badan bahu sepanjang Jalan Museum Gajah, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat hingga terjadi penyempitan ruas. Tak hanya itu, kawasan pun nampak semrawut dan banyak dikeluhkan pengguna jalan yang melintas karena terganggu.Keluhan tersebut, juga sebagaimana disampaikan warga melalui SMS Aspirasi Warga Jakarta ke redaksi Pos Kota. Isinya; Kpd.Yth.Kadishub Jakarta Pusat, mohon ditertibkan parkir mobil di sepanjang jalan Museum Gajah (samping kantor Kementerian Informatika), karena berada disepadan jalan baik kanan dan kiri padahal sudah ada tanda larangan parkir. Terima kasih.

  • (Berita online-03.04)Dikeruk, Saluran Air di Sepanjang Jalan Cakung
  • Ratusan warga dan aparat kelurahan Semper Barat, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara melakukan pengeruk saluran air disepanjang  Jalan Cakung Cilincing (Cacing),  Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara, Selasa (3/3). Ini dilakukan karena kondisi saluran tersebut selain penuh lumpur yang sudah mengeras, juga dipenuhi tumbuh-tumbuhan sehingga jika hujan, air tidak dapat mengalir ke muara.

    Lurah Semper Barat, Muhammad Iqbal  mengakui warga bersama aparat melaksanakan pembersihan saluran air disepanjang Jalan Cacing. Ini dilakukan, karena hampir setiap kali hujan selalu menimbulkan genangan karena saluran tersebut tidak berfungsi.

  • (Berita online-03.03)Trotoar Jalan Tubagus Angke Rusak Berbulan-bulan
  • Pedestrian atau trotoar di Jalan Tubagus Angke, Grogol Petamburan, Jakarta Barat (Jakbar) sudah berbulan-bulan rusak parah. Kondisi ini dikeluhkan warga, karena sangat mengganggu bagi  pejalan kaki.

    Pedestrian di sisi kiri dari arah Pesing menuju Angke  conblok atau ubinnya sudah pada copot dan pecah-pecah serta hilang, sehingga terlihat tanahnya. Akibatnya saat hujan menjadi becek dan terlihat sangat kumuh serta kotor. Kondisi ini sangat mengganggu bagi pejalan kaki karena harus hati-hati.

  • BeritaOInline(0203): Timbunan Sampah Penuh Belatung Dekat Pemukiman Warga di Cakung.
  • TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Timbunan sampah yang diperkirakan berusia 20 tahun ditemukan di tengah pemukiman warga di Jalan Komarudin RT 1/ RW 5 Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur. Tidak hanya menebarkan bau tidak sedap, belatung dari timbunan sampah tersebut juga ditemukan di tembok rumah warga.

    Timbunan sampah itu memenuhi separuh lahan kosong seluas 200 meter persegi. Sementara bagian kanan dan kirinya diapit rumah warga. Salah satu yang rumahnya berdampingan dengan timbunan sampah itu adalah Aliyah (55). Saat hujan tiba, belatung yang muncul akibat timbunan sampah kerap menghampiri dinding tembok rumah.

    Tidak hanya itu, rembesan air pun harus ia rasakan kala hujan deras tiba.

    "Kalau hujan, belatung dari timbunan sampah itu naik ke dinding rumah saya. Rembesan air sampah juga merembas di dinding rumah hingga menggenang di lantai," katanya, Sabtu (28/2/2015).

    Jika hujan tiba, Aliyah dan keluarga hanya bisa bertahan di rumah sebelah yang tidak berbatasan langsung dengan timbunan sampah. "Bau sih enggak sampai ke dalam, cuma rembes aja kalau hujan deres," tambahnya.

    Selain itu, air tanah di rumahnya jadi mudah sekali kotor. Air yang mengalir memang bening, tetapi air yang ditampung di bak akan menyisakan kerak cokelat di dinding bak air. Saat melapor ke RT setempat agar timbunan sampah di sebelah rumah dapat diangkut, ternyata tidak juga membuahkan respons.

    "Senin kemarin ada petugas kebersihan datang angkut sampah, tetapi itu juga hanya satu truk," tambahnya.

  • (Berita online-27.02)Petugas Kebersihan DKI Belum Terima Gaji, Terpaksa Gadaikan Motor
  • Tiga pekerja harian lepas (PHL) kebersihan dari Suku Dinas Kebersihan Kota Administrasi Jakarta Utara mengeluh lantaran sejak Januari 2015 hingga kini, Kamis (26/2), belum juga menerima gaji sebesar Rp 2,4 juta. Mereka mengaku kesulitan dan bingung bagaimana lagi cara membiayai keluarganya di rumah.

    Saat diwawancarai Warta Kota, di Jalan Berdikari, Koja, Jakarta Utara, Tasun (43), warga Jalan Mustopa, Kelurahan Rawa Badak RT05/01, Koja, Jakarta Utara menuturkan keluhannya. Ia mengeluh, gaji yang ia harapkan belum kunjung datang, membuatnya harus menggadaikan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB).

  • BeritaOnline(2602): Petugas Kebersihan Belum Digaji Sejak Januari
  • TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Terik matahari yang menyengat wilayah sekitar Kanal Banjir Timur, membuat beberapa orang petugas kebersihan tampak santai di sebuah bilik peristirahatan.

    Waktu belum menunjukkan istirahat. Ada yang sekadar duduk-duduk tapi ada juga yang sambil menenggak segarnya es teh manis.

    Tidak ada sedikitpun terpancar raut wajah kesedihan ataupun beban berat. Padahal mereka belum menerima upah sejak bulan Januari 2015 hingga sekarang saat ini.

    "Udah dari bulan Januari belum turun gajinya," ungkap R (28), Kamis (26/2/2015).

    Alhasil kenyataan pahit tersebut membuat mereka harus memutar otak demi bertahan hidup. Salah satunya D (28) yang terpaksa mencari pinjaman dari tetangga maupun kerabat.

    "Sekarang pinjam-pinjam sama orang dan juga tetangga. Habisnya mau gimana lagi coba," ungkapnya.

    Sebelumnya R bersama rekan-rekannya digaji sebesar Rp 2,4 juta per bulan. Apabila mengacu besaran upah tahun ini, seharusnya R dan kawan-kawan bakal menerima Rp 2,7 juta per bulan yang sayang belum mereka nikmati hingga saat ini. (Junianto Hamonangan)

  • (Berita Online-2602) Petugas Kebersihan Jakarta Terlilit Utang
  • WARTA KOTA, DURENSAWIT— Telatnya upah yang diterima sejumlah petugas kebersihan sejak Januari 2015, membuat mereka harus memutar otak. Akibatnya demi bertahap hidup, mereka harus meminjam sana-sini dari kerabat ataupun tetangga.

    Uang yang dipinjam pun lumayan. Hal itu diungkapkan petugas kebersihanyang bekerja di Kanal Banjir Timur, R (28) dimana dirinya kini meminjam uang lebih dari Rp 1 juta.

    "Ngutangnya bisa sampai Rp 1-2 juta, itu belum termasuk di warung yah. Kalau di warung bisa Rp 300 ribu," ungkapnya, Kamis (26/2).

    Ditambah lagi saat ini sang istri sedang hamil tua. Ia pun mulai direpotkan dengan segala macam persiapan kelahiran.

    "Manalagi istri lagi hamil delapan bulan. Kemarin aja pas acara nujuh bulanan, minjam uang kesana kemari," kenangnya lirih.

    Sementara itu ungkapan senada juga disampaikan petugas kebersihanlainnya, D (28). Ia terpaksa berhutang sana-sini demi menghidupi istri dan kedua orang anaknya.

    "Utang sih dari kemarin ada kali Rp 1,5 juta. Anak aja ada dua, yang satu udah kelas 6 SD, satu lagi baru umur setahun," tuturnya. Apalagi saat ini ia tidak di sebuah rumah kontrakan. Alhasil beban pengeluaran yang diembannya pun bertambah banyak.

    "Biaya kontrakan aja udah Rp 700 ribu dan istri juga enggak kerja. Otomatis penghasilan dari saya doang," ungkapnya.

    Kedua petugas kebersihan itupun berharap agar terlambatnya upah yang seharusnya mereka terima, bisa segera menjadi kenyataan. Jangan sampai nasib mereka terkatung-katung dalam waktu lama.

    "Saya sih intinya pengen cepat turun supaya bisa menghidupi keluarga," tutup D singkat.

  • (Berita online-24.02)16 TPS Liar di Kemayoran Ditutup
  • Dinilai keberadaannya telah mengganggu ketertiban umum serta membuat kumuh lingkungan, sebanyak 16 Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang tersebar di delapan kelurahan di wilayah Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat, ditutup.