Aspirasi dalam Kanal Media News Online

  • (Berita Online-2407) Djarot: Jangan Sampai Jakarta Selatan Jadi Tempat Simpanan Istri Muda
  • JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat meminta Wali Kota Jakarta Selatan Syamsuddin Noor beserja jajarannya membuat sistem pendataan penduduk yang lebih baik. Sebab, banyak tempat di Jakarta Selatan yang penghuninya tidak memiliki kartu tanda penduduk DKI Jakarta. 

    "Misalnya di Kalibata City, penghuninya ada 13.000, tetapi yang punya KTP DKI 2.500 orang. Bagaimana itu nasibnya? Yang punya KTP, kita enak kontrolnya, yang di luar bagaimana?" kata Djarot saat memberikan pengarahan di Kantor Wali Kota Jakarta Selatan, Jumat (24/7/2015).

    Dengan nada berkelakar, Djarot menyebut banyak tempat di Jakarta Selatan dijadikan tempat simpanan istri muda. Sebab, pendataan penduduk di permukiman-permukiman belum baik. 

    "Banyak itu tempat di Jakarta Selatan yang menjadi tempat simpanan istri muda. Makanya harus diperbaiki. Ini PR untuk Suku Dinas Dukcapil, lurah, camat hingga RT RW," ungkapnya. 

    Perbaikan pendataan pun, kata Djarot, juga perlu dilakukan di perumahan-perumahan mewah. Menurut Djarot, selama ini pendataan penduduk di sana belum terlalu menyeluruh.

    Apalagi sebentar lagi, arus balik akan mencapai puncaknya. Bila ada 6,5 juta orang mudik, belum tentu orang yang balik ke Ibu Kota akan sejumlah itu. 

    "Ada arus mudik, ada arus balik. Jika 6,5 juta orang mudik, apa yang balik juga 6,5 juta? Tidak! Lebih," kata dia. 

    Oleh karena itu untuk mengantisipasi adanya lonjakan penduduk yang menambah beban Jakarta, perangkat wilayahlah yang perlu memperbaiki pendataan. 

    "Ini artinya Sudin Dukcapil dan Sudin Tenaga kerja harus langsung koordinasi dengan camat dan lurah. Bikin sistem di situ, sampaikan kepada RT dan RW, apakah orang yang balik bawa keluarga tidak," kata dia.

    Kemudian, kata dia, perlu ditanyakan kepada mereka, mau menetap, mampir, transit, sudah ada panggilan atau baru mau cari kerja. Mereka juga perlu ditanyakan ada surat pengantar dari daerahnya, serta ada rencana menetap atau tidak.

    "Catat mereka. Sebab, Jakarta itu kota terbuka, bukan tertutup. Terbuka tapi selektif. Tidak boleh ada pembiaran," ucap Djarot.

  • BeritaOnline(1407): Banyak Bus AKAP Parkir Sembarangan di Lebak Bulus
  • Warga dan pengguna Jl Pondok Pinang Raya, Kebayoran Lama, mengeluhkan banyaknya bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) yang parkir di luar Terminal Sementara Bus AKAP Lebak Bulus. Bodi bus yang berukuran besar dan lebar mempersempit ruas jalan yang menghubungkan Lebak Bulus menuju Jl Ciputat Raya dan Jl TB Simatupang.

    "Jadinya macet karena ruas jalan semakin sempit "

    "Jadinya macet karena ruas jalan semakin sempit," keluh Detri (32), salah satu pengemudi mobil yang melintas Jl Pondok Pinang Raya, Senin (13/4).

    Menurutnya, pengelola terminal sementara itu harus memiliki manajemen yang baik. Bukan hanya pengaturan jual beli tiket, tapi perpakiran yang memadai.

    "Kadang juga ada mobil pengantar, ada juga taksi, ojek yang sembarangan parkir sampai memakan jalan," katanya.

    Meski cukup mengganggu arus lalu lintas, sayangnya tak satu pun petugas maupun awak bus yang terlihat mengatur keberadaan bus-bus AKAP tersebut.

  • BeritaOnline(1307): 5 Bus Tak Laik Jalan Ditemukan di Terminal Rawamangun
  • Wakil Walikota Jakarta Timur, Husein Murad yang menggelar inspeksi mendadak (sidak) di Terminal Rawamangun, Minggu (12/7), mendapati lima bus AKAP tak laik jalan. Temuan ini langsung dilaporkan ke Kepala Terminal Rawamangun untuk selanjutnya diteruskan ke Perusahaan Otobus (PO) bersangkutan untuk diganti armadanya.

    "Ada lima bus yang tak laik jalan setelah petugas melakukan pengecekan kendaraan "

    "Ada lima bus yang tak laik jalan setelah petugas melakukan pengecekan kendaraan," kata Husein.

    Kelima bus AKAP tersebut diantaranya terganjal masalah Surat tanda Uji Kendaraan (STUJ) yang meragukan dan bagian depan kendaraan mengalami keretakan.

    Setiap bus yang masuk ke Terminal Rawamangun akan langsung diperiksa. Apabila lolos pengecekan, maka petugas akan menempelkan stiker laik jalan di kaca depan bus. 

    "Terus lakukan pemantauan, jika memang ada yang tak laik jalan segera laporkan, demi keselamatan penumpang," ujar Husein.

  • (Berita Online-10.07)13 Bus di Terminal Kampung Rambutan Tidak Layak Jalan
  • CIRACAS (Pos Kota) – Kurang pengawasan dari pihak terminal, sebanyak 13 bus yang digunakan sebagai angkutan lebaran di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, rupanya tidak laik jalan. Para pengguna bus pun merasa khawatir karena pemeriksaan hanya dilakukan menjelang pelaksanaan mudik.

    Dari hasil pemeriksaan, bus yang terdiri dari berbagai macam Perusahaan Otobus (PO) ini akhirnya dipaksa untuk tidak beroperasi. Keseluruhnya bus yang tak layak jalan itu diketahui rusak di bagian kaca, ban vulkanisir, tidak ada wiper, tanpa tabung pemadam kebakaran, dan sejumlah kerusakan lain.

  • (Berita Online-06.07)Pak Ogah di Jalan Plumpang Sangat Meresahkan
  • KOJA (Pos Kota) – Maraknya Pak ogak yang meminta sejumlah uang kepada setiap pengendara terutama mobil boks, truk dan kontainer yang melintas di jembatan Plumpang, Semper, Rawabadak Selatan, Koja, dikeluhkan warga. Pasalnya, selain memaksa pengedara untuk memberikan uang keberadaan juga menimbulkan kemacetan.

    Untuk itu pengendara dan warga yang melintas di sekitar lokasi berharap kepada aparat segera menertibkan. Sebab keberadaannya terutama sore hari menjelang malam selalu banyak dan rata-rata anak-anak di bawah umur.

    Permintaan ini disampaikan ke redaksi Pos Kota melalui aspirasi warga dengan isi. “Yth. Bapak Kapolres Jakarta Utara dan jajarannya, Kasudin Sosial Jakarta Utara dan jajarannya. Mohon tertibkan pak ogah di jembatan Plumpang Semper pada malam hari, karena sangat mengganggu pengguna jalan baik pengendara maupun pejalan kaki, terutama pada karyawan atau karyawati yang pulang malam hari karena rawan pemalakan dan penjambretan bahkan pelecehan kepada karyawati yang sedang melintas.  Terima kasih. (081380345xxx)”.

    Menanggapi permintaan itu Walikota Jakarta Utara, Rustam Effendi berjanji akan secepatnya menertibkannya. Sebab jika ini dibiarkan dikhawatirkan jumlahnya akan semakin banyak.

  • (Berita Online-2606) Sering Langgar Aturan, Ini Pembelaan Sopir Angkot
  •  
    Metrotvnews.com, Jakarta: Melanggar aturan bukan hal aneh buat sopir angkot. Hampir semua pernah menabrak peraturan, mulai dari putar balik sembarangan, ngetem seenaknya, sampai memakai jasa sopir tembak.
     
    Namun, semua itu bukan tanpa alasan. Mereka melakukannya demi kenyamanan dan menghilangkan kejenuhan.
     
    Burodin, 48, misalnya, sering menggunakan jasa sopir tembak. Sopir angkot M36 jurusan Pasar Minggu – Jagakarsa, itu melakukannya saat sedang malas cari penumpang atau ada kepentingan lain yang tidak bisa ditinggalkan.
     
    "Kita pakai sopir tembak karena ada urusan atau sedang malas saja," kata Burodin saat berbincang dengan Metrotvnews.com, di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Jumat (28/6/2015)
     
    Burodin tidak pernah merasa dirugikan jika menggunakan jasa sopir tembak. Uang sewa setoran sudah ia perhitungkan dengan matang.
     
    "Tidak rugi, diperhitungkan dulu semuanya. Uang makan, uang setoran. Sopir tembak biasanya tiga kali putaran trayek dipatok Rp150 ribu," bebernya.
     
    Dari pantauan, Burodin tidak menggunakan seragam resmi sopir angkot yang beroprasi di Jakarta. Meski begitu, dia mengaku tetap membawa seragamnya di laci dan membawa surat lengkap beserta Surat Izin Mengemudi (SIM).
     
    "Kalau di angkot pakai seeragam panas, gerah. Tapi seragamnya tetap dibawa, yang penting kita bawa surat-surat lengkap," tandasnya. 
  • BeritaOnline(2306): Parkir Liar Marak di Jl Matraman Raya
  • Walaupun kerap dirazia, kawasan Jl Matraman Raya, Jatinegara, Jakarta Timur, tepatnya di depan Polres Jakarta Timur hingga Stamplat Bogor. Puluhan mobil dan ratusan sepeda motor, parkir bebas hingga memicu terjadinya kemacetan arus lalu lintas.

    "Kita sudah usir . Karena rata-rata di dalam mobil ada orangnya di dalam kendaraan. Tapi besok akan kita tertibkan lagi. Kalau masih ada yang melanggar pasti kita derek"

    Pantauan beritajakarta.com, puluhan mobil pribadi, parkir secara pararel di Jl Matraman Raya. Demikian juga ratusan sepeda motor, parkir bebas di dekat gerbang utama Pasar Regional Jatinegara maupun depan Mapolres. Padahal di sepanjang jalan tersebut terdapat rambu larangan parkir maupun berhenti.

    Ali (40), salah seorang pengendara, mengaku tidak tahu kalau di dekat gerbang utama Pasar Regional Jatinegara itu dilarang parkir. Ia tidak memarkirkan kendaraannya ke dalam pasar lantaran aksesnya sangat semrawut.

    "Daripada parkir di dalam pasar ribet, mending parkir di luar sini. Toh penertiban juga jarang dilakukann" ujar Ali, Selasa (23/6).

    Terkait hal tersebut, Kasudin Perhubungan Jakarta Timur, Bernad Octavianus Pasaribu, membenarkan masih banyak kendaraan parkir liar di Jl Matraman Raya.

    "Kita sudah usir. Karena rata-rata di dalam mobil ada orangnya di dalam kendaraan. Tapi besok akan kita tertibkan lagi. Kalau masih ada yang melanggar pasti kita derek," ujar Bernad.

  • BeritaOnline(2406): Kios di Terminal Kalideres Rawan Ambruk
  • Sebanyak 47 kios yang berada di dalam Terminal Kalideres, Jakarta Barat, kondisinya mengkhawatirkan. Beberapa atap kios tampak rapuh sehingga dikhawatirkan roboh dan menimpa calon penumpang yang sedang berbelanja.

    "Dari saya buka kios ini belum pernah ada perbaikan hingga sekarang "

    Pantauan beritajakarta.com, puluhan kios terlihat sudah sangat tua. Selain atap yang sudah rapuh, lisplang kios kondisinya juga sudah hampir roboh. Untuk menyiasatinya, sebagian pedagang terpaksa menyangga atap dan lisplang kios dengan kayu.

    Manulang (45) salah seorang pedagang menuturkan, sejak ia menempati kios tersebut 13 tahun lalu, kios belum pernah diperbaiki. Parahnya, setiap hujan kiosnya yang berukuran 6x3 meter persegi tersebut pasti tergenang air lantaran drainase yang tidak berfungsi. Padahal, setiap bulannya, ia mengaku harus membayar retribusi sebesar Rp 60 ribu per meter kepada petugas.

    “Dari saya buka kios ini belum pernah ada perbaikan hingga sekarang. Ini kalau tidak disangga dengan kayu bisa roboh dan menimpa pembeli,” ujarnya, Selasa (23/6).

    Sementara itu, Kepala Terminal Kalideres, Joko Soekarno mengatakan, pihaknya telah menyampaikan keluhan para pedagang tersebut ke UPT Terminal Pemprov DKI Jakarta sejak Januari lalu. Namun, hingga saat ini belum ada tanggapan lantaran terkendala anggaran yang belum cair.

    “Kami sudah sampaikan untuk perbaikan kios, nantinya kios tersebut akan diperbaiki dan dicat agar terlihat indah. Selain itu juga drainasenya juga akan diperbaiki,” janjinya.

  • (Berita online-17.06)Minim PJU, Jalan Landasan Pacu Timur Kekayoran Gelap
  • KEMAYORAN (Pos Kota) – Warga dan pengendara yang melintas di Jalan Landasan Pacu Timur, Kemayoran, Jakarta Pusat, meminta lurah dan camat menambah lampu penerang jalan umum (PJU). Lantaran, selain kawasan gelap pada malam hari kondisi pun dikhawatirkan rawan tindak kriminal.

    Keluhan itu, juga sebagaimana disampaikan warga ke redaksi Pos Kota melalui SMS Aspirasi. Isinya; ‘Bapak lurah dan camat, tolong dilakukan penambahan lampu penerang jalan (PJU) di Jl.Landasan Pacu Timur, Kemayoran. Karena pada malam hari kawasan gelap dan menjadi rawan. Mohon ditindak lanjuti. Terima kasih.’ (0888321xxx)

    Menanggapi keluhan warga dan pengendara, Lurah Kebon Kosong, Dwi Sigit, mengatakan telah mendapat laporan dan menindaklanjuti dengan cara bersurat ke Pusat Pengelola Kawasan Kemayoran (PPKK). “Kita berharap PPKK segera menindak lanjuti, karena memang masyarakat membutuhkan,”

  • (Berita Online-1606) JPO TransJakarta Kurang Perhatian
  • Metrotvnews.com, Jakarta: Pemerintah DKI Jakarta diminta memperhatikan keberadaan jembatan penyeberangan orang (JPO) TransJakarta yang mulai uzur. Rusaknya JPO dapat mengurangi kenyamanan dan tingkat keamanan masyarakat yang ingin menggunakan TransJakarta.
     
    “Masalah kenyamanan JPO kurang perhatian. Padahal itu faktor penting untuk mendorong masyarakat kelas menengah pindah menggunakan Transjakarta,” kata Ketua Institut Studi Transportasi (INSTRANS), Darmaningtyas, kepadaMetrotvnews.com, Senin (15/6/2015).
     
    Keamanan dan kenyamanan sulit terwujud jika JPO rusak dan disesaki PKL. Keluhan itu sudah lama dirasakan pengguna Transjakarta. Namun, mereka bingung kemana harus melapor.
     
    “Tempat pengaduan tak pernah jelas, jika disampaikan kepada UP Transjakarta maka jawabannya JPO domainnya Dinas Perhubungan. Tapi bila disampaikan kepada Dinas Perhubungan, jawabannya penertiban PKL domainnya Satpol PP,” ujarnya.
     
    Manurutnya, Satpol PP tidak pernah menertibkan PKL di JPO Transjakarta karena berasumsi itu domain Dinas Perhubungan.
     
    Rusaknya JPO mencerminkan lemahnya kerjasama antar instansi Pemprov DKI Jakarta. “JPO yang rusak serta dipenuhi PKL dan pengemis mencerminkan lemahnya koordinasi antar instansi di lingkungan Pemprov DKI Jakarta,” kata Darmanigtyas.