Kemacetan parah, pengungsian, kerusakan harta benda, wabah penyakit, bahkan hingga kematian merupakan kenyataan yang bakal terjadi di Jakarta jika banjir menerjang. Kesemrawutan menjadi coretan suram Ibu Kota Negara.
Jika tidak ada sinergi pemerintah daerah dan pusat, termasuk masyarakat sendiri, maka Jakarta bebas dari banjir hanya menjadi impian. ”Makanya, masyarakat juga saya minta tolong jangan buang sampah sembarangan,” kata Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, usai meresmikan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Krendang, Tambora, Jakarta, pekan lalu.
Ahok pesimistis Ibu Kota Negara terbebas banjir untuk sekarang ini. Tak hanya kesadaran masyarakat tentang ancaman banjir yang masih rendah, namun pembangunan gedung juga menjadi penyebabnya. Sebab, pengusaha tidak mau membuat water trap sendiri. Semua saluran pipa, listrik, fiber optik gedung ditaruh di selokan umum.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI sudah berbuat maksimal dalam menanggulangi banjir. Keberadaan belasan ribu petugas penanganan sarana umum (PPSU) yang sigap, bekerja keras mengeruk saluran air, membersihkan selokan, dan membuat saluran terobosan, pantas diapresiasi.
Banyak masyarakat yang memuji kinerja PPSU dalam menangani banjir dan genangan di seluruh lingkungan. Namun, di sisi lain, ada pula warga yang mencibir, mencurigai keberadaan PPSU dan petugas harian lepas (PHL) kebersihan sebagai strategi politik menjelang pemilihan umum kepala daerah (Pilkada) 2017.
Sebanyak 18.000 PPSU, istri, dan anak mereka bakal memilih Basuki Tjahaja Purnama. Namun yang jelas, keberadaan mereka sangat bermanfaat. Gubernur DKI Jakarta telah menciptakan lapangan pekerjaan bagi belasan ribu warga Jakarta.
”Kami bersyukur, dalam kondisi ekonomi kita lesu, kami punya pekerjaan tetap sebagai PPSU. Gaji sesuai UMP DKI Rp3,1 juta per bulan,” kata Suhardi, PPSU Kelurahan Pinangranti, Jakarta Timur, saat berbincang dengan Suara Karya, Kamis (4/2).
Terkait penanganan banjir, Ahok kesal dengan ulah pengembang yang tidak peduli terhadap tata letak dan dampak lingkungan akibat pembangunan. Dinas Tata Air dan Bina Marga DKI diperintahkannya menggalakkan pengerjaan galian. Bukan tak mungkin, dengan masih banyaknya genangan di Jakarta, akan berimbas pada kemacetan luar biasa.
Banyak juga jalan yang menutup saluran air, seperti di Matraman dan Cengkareng. Untuk mengeliminasi kesemrawutan dan respons gerak cepat penanggulangan banjir, Ahok telah mengeluarkan larangan cuti bagi camat dan lurah di Jakarta. Gerak cepat mereka sangat penting dalam penanggulangan dan evakuasi korban banjir.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Danang Susanto memprediksi banjir besar di Jakarta terjadi pertengahan bulan ini. Kesiapsiagaan diberlakukan mulai 12 Februari hingga potensi hujan lebat di Jakarta benar-benar selesai.
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memonitor kondisi hujan lebat merata di Jakarta, namun diperburuk dengan kondisi naiknya muka air di Teluk Jakarta. Itu terjadi terus-menerus hingga 22 Februari atau bisa mundur hingga akhir bulan.
”Perkiraan Jakarta dilanda banjir tidak bisa dianggap remeh. Sejauh ini apa yang diramal BMKG selalu benar,” ujar Ketua BPBD DKI Danang Susanto. Karena itu, sejak dini Pemprov DKI intensif menggenjot kontingensi penanggulangan bencana dengan melibatkan semua lapisan aparatur.
Pakar klimatologi dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Edvin Aldrian, mengharapkan banjir bandang seperti yang terjadi di Jakarta pada 1995, 2002, dan 2007, tak terulang kembali. BPPT telah melakukan deteksi dini melalui cold surge dan maden julian oscillation (MJO) bahwa kemungkinan bandang kecil, namun tetap harus diwaspadai guna mengeliminasi dampaknya.
Biasanya, tanda-tanda banjir bandang akan terlihat seminggu atau dua minggu sebelumnya. Dengan mengamati fenomena cold surge di kawasan Hong Kong seminggu sebelumnya, bisa dideteksi potensi banjir bandang di Jakarta.
Cold surge merupakan massa udara dingin yang terbawa oleh sirkulasi angin utara-selatan (meredional) akibat gangguan tekanan tinggi di kawasan Siberia, mengalir ke kawasan ekuator dan ke selatan melalui pesisir utara Jawa.
Sedangkan MJO merupakan gangguan atmosfer dalam bentuk osilasi gelombang yang mengalir dari barat ke timur dengan periode 30-50 harian. Pada 2007 seminggu sebelum banjir bandang di Jakarta, di Hong Kong terjadi hujan salju yang sangat dingin. Hujan salju di Hong Kong pada Januari perlu diwaspadai sebagai datangnya cold surge dari Siberia yang akan segera melalui pesisir Jawa beberapa hari berikutnya.
Ciri lainnya dari hadirnya cold surge adalah kebakaran hutan di kawasan Riau karena cold surge menyebabkan udara kering. Demikian pula hadirnya MJO yang berciri kering pada Desember hingga Januari, bisa berarti malapetaka pada Februari, seperti pada banjir bandang 2007, karena MJO kering biasanya diikuti MJO basah.
Tercatat ada 34 kelurahan di Jakarta yang selalu terdampak banjir besar akibat cuaca buruk. Di wilayah Jakarta Pusat, ancaman banjir menerjang Kelurahan Petamburan; di Jakarta Utara, banjir mengancam Kelurahan Sukapura, Pegangsaan Dua, Kapuk Muara, Pluit, Warakas, dan Pademangan Barat.